Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan hindu di Nusantara yang pernah berjaya pada zamannya.
Namun sangat disayangkan, kerajaan besar ini akhirnya runtuh setelah berkuasa lebih dari 4 abad lamanya.
Lantas apa saja penyebab berakhirnya kerajaan tarumanegara tersebut?
Di dalam artikel ini, kami akan menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan tarumanegara, dimulai dari raja terakhirnya hingga berbagai tekanan internal dan eksternal yang melemahkannya.
Yuk simak pembahasannya sampai tuntas.
Raja Terakhir Kerajaan Tarumanegara Sebelum Runtuh
Raja terakhir Kerajaan Tarumanegara adalah Linggawarman yang memerintah dari tahun 666–669 Masehi.
Linggawarman merupakan raja kedua belas sekaligus yang terakhir di Kerajaan Tarumanagara yang telah berdiri kokoh sejak abad ke-4 Masehi. Masa pemerintahan Linggawarman sangat singkat yaitu hanya 3 tahun.
Menurut prasasti Tugu, Linggawarman digambarkan sebagai raja yang bijaksana dan disegani oleh rakyatnya. Ia memiliki dua orang puteri cantik jelita,yaitu Puteri Manasih dan Puteri Sobakancana. Kedua putrinya tersebut kelak menjadi permaisuri untuk dua kerajaan besar di Nusantara.
Puteri Manasih menjadi permaisuri Tarusbawa yang merupakan seorang panglima perang kerajaan yang gigih dan tangguh. Sementara Puteri Sobakancana menjadi permaisuri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar di Nusantara pada masanya.
Pada tahun 669 Masehi, Linggawarman wafat dan digantikan oleh menantunya sendiri, Tarusbawa yaitu suami Puteri Manasih. Tarusbawa kemudian mengganti nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Pergantian nama ini menandai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara setelah berjaya selama hampir 4 abad lamanya.
Dengan wafatnya Raja Linggawarman dan berakhirnya Kerajaan Tarumanegara, maka dimulailah sejarah baru Nusantara dengan berdirinya Kerajaan Sunda.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Serangan dari Kerajaan Sriwijaya
Salah satu penyebab utama runtuhnya Kerajaan Tarumanegara adalah serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya di bawah pimpinan Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Menurut beberapa sumber prasasti, Sriwijaya melakukan serangan besar-besaran ke pulau Jawa pada pertengahan abad ke-7 Masehi atau tepatnya diperkirakan sekitar tahun 650 M.
Penyerangan yang dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya terhadap Kerajaan Tarumanegara adalah untuk menguasai wilayah dan sumber daya alamnya. Walaupun begitu, Kerajaan Tarumanegara masih tetap berdiri dan bertahan.
Serangan besar Kerajaan Sriwijaya inilah yang menjadi penyebab utama nantinya runtuhnya Kerajaan Tarumanegara setelah berjaya selama hampir 4 abad semenjak berdirinya pada abad ke-4 Masehi.
Perpecahan Internal di Dalam Kerajaan
Salah satu faktor utama yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Tarumanegara adalah perpecahan internal yang terjadi di tubuh kerajaan. Perpecahan ini bermula pada masa kepemimpinan Raja Kertawarman pada abad ke-6 Masehi.
Menurut beberapa sumber sejarah, perpecahan diawali oleh sengketa kekuasaan di antara putra mahkota Kertawarman. Perselisihan ini makin memanas dan berlanjut sampai masa pemerintahan Raja Linggawarman.
Walaupun Linggawarman berupaya meredam konflik tetapi hal itu tetap tidak dapat berjalan dengan baik.
Akibatnya, pada masa akhir kepemimpinan Linggawarman, Tarumanegara terpecah menjadi dua kubu yang saling berseteru. Militer dan sumber daya kerajaan terkuras untuk konflik internal.
Perpecahan inilah yang menjadi salah satu penyebab utama runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, selain serangan dari luar oleh kerajaan tetangga yang ingin mengambil kesempatan dari kondisi kerajaan yang sedang melemah.
Pemberontakan Daerah
Selain ancaman dari luar, salah satu faktor internal yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Tarumanegara adalah pemberontakan yang dilakukan oleh para penguasa daerah di bawah kekuasaannya.
Pemberontakan itu terjadi karena keinginan daerah-daerah untuk memerdekakan diri dari Tarumanegara yang mulai melemah pasca masa keemasan di bawah Raja Purnawarman.
Salah satu pemberontakan besar terjadi di daerah Galuh yang dipimpin oleh Wretikandayun. Ia adalah putra mahkota sekaligus menantu Raja Linggawarman, penguasa Tarumanegara terakhir. Namun Wretikandayun tidak puas hanya menjadi raja boneka Galuh di bawah Tarumanegara.
Ia lantas menggalang kekuatan dengan mendekati kerajaan tetangga untuk meminta bantuan mendukungnya. Berkat bantuan tersebut, Wretikandayun berhasil memberontak dan melepaskan Galuh dari Tarumanegara setelah kematian Linggawarman pada 669 Masehi.
Daerah-daerah lain di bawah kekuasaan Tarumanegara juga banyak yang memberontak menyusul keberhasilan Galuh memerdekakan diri. Tarumanegara yang melemah akhirnya tidak mampu mengendalikan situasi. Wilayah kekuasaannya menyusut drastis hingga terbatas di pusat kerajaan saja.
Gelombang pemberontakan daerah yang besar-besaran inilah yang turut menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Tarumanegara di bawah tekanan internal dan eksternal. Hanya dalam waktu beberapa tahun sejak wafatnya Raja Linggawarman, kerajaan besar ini telah runtuh.
Pengalihan Kekuasaan Menjadi Kerajaan Sunda
Salah satu penyebab lenyapnya Kerajaan Tarumanegara adalah terjadinya pengalihan kekuasaan dari Tarumanegara ke Kerajaan Sunda pada tahun 669 Masehi.
Hal ini bermula ketika Raja Linggawarman, raja terakhir Tarumanegara, wafat dan digantikan oleh menantunya sendiri, Pangeran Tarusbawa dari Kerajaan Sunda. Tarusbawa adalah suami dari putri sulung Linggawarman, Puteri Manasih.
Setelah naik tahta menggantikan mertuanya, Tarusbawa melakukan reformasi besar-besaran di tubuh pemerintahan Tarumanegara. Ia mengganti nama kerajaan menjadi Kerajaan Sunda, sesuai asal kerajaannya. Budaya dan adat istiadat Sunda juga mulai diadopsi secara luas.
Tarusbawa bahkan memindahkan pusat kerajaan dari Bekasi ke pedalaman Pakuan, mengikuti model Kerajaan Sunda asalnya. Ibu kota lama Tarumanegara ditinggalkan begitu saja.
Kebijakan-kebijakan itulah yang menandai runtuhnya Tarumanegara sebagai kerajaan yang berdiri sejak abad ke-4 Masehi.
Kesimpulan
Kerajaan Tarumanegara yang pernah berjaya selama hampir 4 abad lamanya sejak abad ke-4 Masehi akhirnya runtuh setelah di mendapatkan tekanan internal dan eksternal yang besar.
Raja terakhir Tarumanegara adalah Linggawarman yang memerintah dengan singkat selama 3 tahun sebelum wafat dan digantikan menantunya.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan runtuhnya kerajaan ini antara lain serangan dari Kerajaan Sriwijaya, perpecahan internal kerajaan, pemberontakan daerah di bawah kekuasaannya, hingga terjadinya pengalihan kekuasaan dari Tarumanegara ke Kerajaan Sunda pada tahun 669 Masehi saat digantikan menantunya.
Runtuhnya kerajaan besar ini menandai babak sejarah baru dengan munculnya kerajaan-kerajaan penerusnya seperti Kerajaan Sunda.