Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia.
Kerajaan ini didirikan pada abad ke-4 Masehi oleh Maharaja Jayasingawarman yang pada perkembangannya pernah menguasai sebagian besar Pulau Jawa bagian barat.
Tentunya hal itu didukung oleh raja-raja yang memerintah dengan baik kerajaan tarumanegara setelah Raja Jayasingawarman.
Untuk Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang pendiri dan raja-raja yang memerintah kerajaan tarumanegara dapat membaca artikel ini sampai selesai.
Pendiri Kerajaan Tarumanegara
Maharesi Jayasingawarman adalah seorang tokoh berpengaruh yang datang dari India lalu mendirikan Kerajaan Tarumanegara di Nusantara.
Ia berasal dari Dinasti Salankayana, sebuah dinasti yang berkuasa di India bagian selatan. Salankayana merupakan salah satu dinasti India paling ternama pada abad ke-3 dan ke-4 Masehi karena berhasil mengembangkan karya sastra dan seni bangunan yang megah.
Pada masa Maharesi Jayasingawarman menjadi maharaja di negerinya India, Kemaharajaan Gupta yang dipimpin Maharaja Samudragupta menyerang dan menaklukkan kawasan Salankayana.
Merasa tidak mungkin mempertahankan wilayahnya, Jayasingawarman memutuskan untuk berangkat ke Nusantara untuk memulai kehidupan baru bersama rombongan pengikutnya.
Setibanya di Nusantara, Jayasingawarman menamai wilayah kekuasaannya Tarumanegara. Nama ini diambil dari nama sejenis pohon Tuba atau Tarum yang tumbuh berlimpah di wilayah tersebut.
Pada tahun 682 Masehi, Jayasingawarman resmi mendirikan Kerajaan Tarumanegara dengan ibu kota bernama Sundapura yang lokasinya diperkirakan di tepi Sungai Ciliwung sekarang ini.
Raja-Raja Kerajaan Tarumanegara dan Tahun Pemerintahannya
Raja Jayasingawarman (358-382 M)
Raja Jayasingawarman adalah raja pertama Kerajaan Tarumanegara. Ia berasal dari dinasti Salankayana di India Selatan yang merupakan dinasti Hindu ternama pada abad ke-4 Masehi.
Saat itu, wilayah kekuasaan Salankayana diserang dan ditaklukan oleh Kemaharajaan Gupta yang dipimpin Maharaja Samudragupta. Merasa tak mampu mempertahankan kerajaannya, Raja Jayasingawarman memutuskan mengungsi ke Nusantara bersama sejumlah pengikut dan menetap di Bekasi, Jawa Barat.
Di Bekasi, Raja Jayasingawarman mendirikan Kerajaan Tarumanegara pada tahun 358 M dengan ibukota bernama Sundapura yang terletak di tepi Sungai Ciliwung. Tarumanegara berarti "tanah pohon Tarum" karena banyak tumbuh pohon Tarum di wilayah tersebut.
Dalam waktu singkat, Raja Jayasingawarman berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya hingga mencakup selatan Jawa Barat, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon.
Sepanjang 22 tahun masa pemerintahannya, Raja Jayasingawarman dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia juga merupakan pemuka agama Hindu yang taat. Beberapa prasasti peninggalannya banyak mengisahkan kejayaan Kerajaan Tarumanegara yang dipimpinnya pada masa itu.
Raja Jayasingawarman wafat pada tahun 382 M dan dimakamkan di tepi Sungai Gomati, Bekasi. Kemudian tahta kerajaan Tarumanegara dilanjutkan putranya yang bernama Dharmayawarman.
Raja Dharmayawarman (382-395 M)
Raja Dharmayawarman merupakan raja kedua dalam silsilah raja Kerajaan Tarumanegara. Ia adalah putra mahkota dan penerus takhta dari raja pendiri Tarumanegara, yaitu Raja Jayasingawarman.
Raja Dharmayawarman naik tahta pada usia 31 tahun menggantikan ayahandanya yang wafat pada tahun 382 Masehi. Sepanjang pemerintahan yang berlangsung 13 tahun itu, Raja Dharmayawarman melanjutkan kebijakan bijaksana sang ayahanda dalam memerintah kerajaan. Ia dikenal sebagai raja yang adil, tegas, dan disegani oleh para petinggi serta rakyatnya.
Di bawah kepemimpinan Raja Dharmayawarman, Tarumanegara semakin makmur dan sejahtera berkat perdagangan aktif dengan negeri tetangga maupun mancanegara.
Raja Dharmayawarman wafat pada tahun 395 M dan dimakamkan di tepi Sungai Candrabaga. Ia digantikan putranya, Purnawarman, yang saat itu masih kanak-kanak.
Raja Purnawarman (395-434 M)
Raja Purnawarman naik tahta pada usia belia karena harus menggantikan ayahandanya Raja Dharmayawarman yang wafat mendadak pada tahun 395 Masehi.
Meski masih kanak-kanak, Raja Purnawarman tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana, pekerja keras, dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Di bawah kepemimpinannya selama 39 tahun, Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya. Wilayah Tarumanegara kala itu membentang hampir di seluruh Jawa Barat, meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cirebon, hingga Cilacap sekarang ini.
Raja Purnawarman banyak melakukan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum demi meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
Beberapa di antaranya ialah membangun saluran irigasi Sungai Gomati di Bekasi untuk mengairi lahan pertanian dan mencegah banjir, menerapkan sistem pengairan modern untuk pertanian, serta menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Song di China untuk memajukan perdagangan internasional. Raja Purnawarman juga sangat mendukung perekonomian rakyat dengan mengembangkan ekspor hasil bumi Tarumanegara ke mancanegara.
Raja Purnawarman dikenal sangat dermawan dan religius. Pada tahun 419 M, beliau memberikan sedekah seribu ekor sapi kepada para Brahmana.
Beberapa peninggalan prasasti penting seperti Prasasti Tugu, Ciaruteun, Batutulis dan Jambu banyak menceritakan kebesaran Tarumanegara pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Raja Wisnuwarman (434-455 M)
Raja Wisnuwarman naik tahta menggantikan ayahandanya Raja Purnawarman yang wafat pada tahun 434 Masehi. Upacara penobatan Wisnuwarman sebagai raja baru Tarumanegara berlangsung pada tanggal 14 terang bulan Posya tahun 355 Saka atau setara dengan 434 Masehi.
Upacara penobatan yang berlangsung selama 3 hari 3 malam itu diramaikan dengan perjamuan dan pesta besar di istana. Istana Kerajaan dihiasi bunga-bunga wangi semerbak. Ini menandakan rakyat Tarumanegara menerima Wisnuwarman sebagai raja mereka dengan bahagia dan penuh harapan.
Setelah resmi dinobatkan, Raja Wisnuwarman segera mengirimkan utusan ke negara-negara sahabat dan mitra dagang Tarumanegara. Tujuannya untuk memberitahu pergantian raja di Tarumanegara dan menjaga hubungan bilateral yang telah terjalin sejak masa leluhurnya dengan baik.
Selama masa pemerintahannya yang singkat, yakni 21 tahun (434-455 M), Raja Wisnuwarman dikenal sebagai pemimpin yang cakap dan bijaksana meski sempat menghadapi pemberontakan dari Pangeran Cakrawarman. Namun Wisnuwarman berhasil memadamkan pemberontakan tersebut dengan cepat.
Meskipun tak banyak meninggalkan peninggalan sejarah seperti para pendahulunya, Raja Wisnuwarman tetap dihormati karena mampu menjaga keutuhan dan mempertahankan kemakmuran Kerajaan Tarumanegara yang telah dibangun oleh leluhurnya itu.
Raja Indrawarman (455-515 M)
Raja Indrawarman naik tahta menggantikan ayahandanya yaitu Raja Wisnuwarman, setelah sang raja wafat pada tahun 455 Masehi. Indrawarman adalah putra mahkota Kerajaan Tarumanegara saat itu. Ia dinobatkan menjadi raja Tarumanegara yang kelima pada usia muda.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa masa pemerintahan Raja Indrawarman berlangsung cukup lama, yaitu 60 tahun lamanya (455-515 Masehi).
Selama enam dekade itu, nama Raja Indrawarman juga dikenal di mancanegara. Dalam kronik Tiongkok, namanya disebut Shih-li-t’o-pa-mo. Raja Indrawarman juga pernah berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah pada tahun 718 Masehi.
Setelah resmi dinobatkan sebagai raja, Indrawarman segera mengangkat saudaranya yang bernama Widalawarman sebagai panglima perang Kerajaan Tarumanegara yang baru. Sementara itu, pamannya, yaitu adik Raja Wisnuwarman yang bernama Kharabawarman, diangkat menjadi salah satu petinggi kerajaan.
Sayangnya, tidak banyak peninggalan sejarah dan prasasti dari masa pemerintahan Raja Indrawarman yang berhasil ditemukan. Raja kelima Tarumanegara ini wafat pada tahun 515 Masehi. Kemudian digantikan putranya, Candrawarman, sebagai raja keenam Tarumanegara.
Raja Candrawarman (515-535 M)
Raja Candrawarman naik tahta menggantikan ayahandanya Raja Indrawarman yang wafat pada tahun 515 Masehi.
Ia adalah putra mahkota sekaligus penerus Kerajaan Tarumanegara pada masa itu. Candrawarman memiliki gelar lengkap Sri Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purisakti Suralagawegang Paramarta.
Pada masa pemerintahan Raja Candrawarman berlangsung selama 20 tahun, yaitu dari tahun 515 hingga 535 Masehi atau setara dengan tahun 457 Saka. Dalam kurun waktu tersebut, Candrawarman dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri, yaitu:
- Suryawarman (putra mahkota)
- Mahisawarman
- Matsyawarman
- Dewi Bhayusari
Raja Candrawarman menunjuk putra sulungnya, Suryawarman, sebagai putera mahkota atau pewaris takhta Kerajaan Tarumanegara. Putra keduanya, Mahisawarman, diangkat menjadi salah satu menteri kerajaan. Sementara putra bungsunya, Matsyawarman, ditunjuk sebagai Senapati Sarwajala atau panglima angkatan laut Tarumanegara.
Raja Candrawarman wafat pada tahun 535 Masehi setelah memerintah selama 20 tahun. Jabatan raja Kerajaan Tarumanegara kemudian dilanjutkan oleh putera mahkotanya yaitu Suryawarman.
Raja Suryawarman (535-561 M)
Raja Suryawarman naik tahta menggantikan ayahandanya Raja Candrawarman setelah sang raja wafat pada tahun 535 Masehi. Sebagai putra mahkota, Suryawarman merupakan penerus sah Kerajaan Tarumanegara pada masa itu.
Sepanjang pemerintahannya selama 26 tahun (535-561 Masehi), Raja Suryawarman melanjutkan kebijaksanaan ayahandanya. Ia memberikan otonomi yang lebih luas kepada para raja kerajaan kecil di bawah kekuasaan Tarumanegara untuk mengatur pemerintahan daerahnya masing-masing.
Di samping itu, Raja Suryawarman juga mengalihkan perhatiannya ke wilayah timur kerajaan. Pada tahun 526 Masehi misalnya, menantunya yang bernama Manikmaya mendirikan Kerajaan Kendan di daerah Nagreg, antara Bandung dan Limbangan, Garut sekarang.
Manikmaya adalah cucu raja kerajaan kecil dari Tarumanegara. Ia tinggal di ibu kota kerajaan bersama kakeknya sebelum akhirnya diangkat menjadi panglima perang oleh Raja Suryawarman.
Kemudian pada tahun 612 Masehi, cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh yang makin memajukan daerah timur Tarumanegara. Raja Suryawarman wafat pada 561 Masehi setelah memerintah selama 26 tahun.
Nah, itulah 7 raja kerajaan tarumanegara yang terkenal. Selain ketujuh raja tersebut, masih ada 5 raja lagi yang memerintah sebelum akhirnya runtuh menurut Naskah Wangsakerta. Berikut 5 raja kerajaan tarumanegara dari tahun 561-669 M, yaitu:
- Raja Kertawarman (561-628 M)
- Raja Sudhawarman (628-639 M)
- Raja Hariwangsawarman (639-640 M)
- Raja Nagajayawarman (640-666 M)
Raja Linggawarman (666-669 M)
Berdasarkan Naskah Wangsakerta, Raja Linggawarman adalah raja terakhir Kerajaan Tarumanegara. Ia naik tahta menggantikan pendahulunya yaitu Raja Nagajawarman pada tahun 666 Masehi.
Namun masa pemerintahan Raja Linggawarman tidak berlangsung lama. Hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja, tepatnya hingga tahun 669 Masehi. Linggawarman wafat dan digantikan oleh menantunya sendiri yang bernama Tarusbawa.
Tarusbawa berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa. Ia menggantikan mertuanya sebagai penguasa ke-13 sekaligus terakhir Kerajaan Tarumanegara. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, kejayaan Tarumanegara sudah sangat menurun dibanding zaman keemasan di bawah Raja Purnawarman dulu.
Oleh sebab itu, pada tahun 670 Masehi, Tarusbawa mengganti nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Ia berharap bisa mengembalikan kejayaan masa lalu Tarumanegara saat beribu kota di Sundapura.
Namun tindakannya ini justru memicu timbulnya pemberontakan. Wretikandayun, cicit dari Manikmaya pendiri Kerajaan Galuh, memanfaatkan momentum ini untuk memerdekakan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara.
Akibatnya, wilayah kekuasaan Tarumanegara semakin menyusut hingga akhirnya lenyap ditelan sejarah.
Kesimpulan
Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan ini didirikan oleh Maharaja Jayasingawarman yang merupakan seorang pengungsi India yang berasal dari Dinasti Salankayana.
Jayasingawarman memilih nama "Tarumanegara" yang diambil dari nama pohon Tarum yang tumbuh berlimpah di wilayah kekuasaannya. Ia mendirikan ibu kota kerajaan di Sundapura, yang lokasinya diperkirakan berada di tepi Sungai Ciliwung Saat ini.
Sepanjang masa kejayaannya selama hampir 4 abad, Tarumanegara pernah menguasai hampir seluruh bagian barat Pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh 12 raja dari 7 wangsa yang berbeda.
Raja-raja Tarumanegara umumnya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan adil. Mereka banyak melakukan pembangunan infrastruktur demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Pada masa pemerintahan Raja terakhirnya, Linggawarman, kejayaan Tarumanegara sudah menurun drastis. Kerajaan ini akhirnya bubar setelah digantikan oleh Kerajaan Sunda pada tahun 670 Masehi.