Setelah berkuasa lebih dari 12 abad di Kalimantan Timur, pada akhirnya Kerajaan hindu Kutai runtuh ditaklukkan oleh Kesultanan Islam Kutai pada tahun 1635.
Keruntuhan kerajaan yang telah mendominasi tanah Kutai sejak abad ke-4 Masehi itu tentu meninggalkan banyak pelajaran berharga untuk kita.
Mari kita telusuri proses dan faktor-faktor apa yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dari Kerajaan Kutai tersebut.
Artikel ini akan membahas secara detail mengenai masa keruntuhan Kerajaan Kutai, proses runtuhnya kerajaan, serta berbagai faktor penyebab yang melatarbelakanginya.
Mari baca artikel ini sampai selesai.
Masa Keruntuhan Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai hindu yang berkuasa di Kalimantan Timur selama kurang lebih 1235 tahun akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai pada tahun 1635 Masehi (Sindonews.com, 2023).
Keruntuhan tersebut diawali oleh penyerangan Kesultanan Kutai di bawah pimpinan Pangeran Sinum Panji Mendapa yang telah memeluk agama Islam.
Pangeran Mendapa melancarkan serangan ke ibukota Kerajaan Kutai, yaitu Kutai hindu atau Kutai Martapura di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Raja terakhir Kerajaan Kutai adalah Maharaja Dharma Setia. Ia memimpin pasukannya untuk mempertahankan ibukota dari serangan Pangeran Mendapa.
Namun, pasukan Kerajaan Kutai yang kalah persenjataan tidak mampu menahan gempuran Kesultanan Kutai yang didukung peralatan tempur yang lebih baik. Maharaja Dharma Setia akhirnya gugur dalam pertempuran mempertahankan ibukotanya tersebut.
Setelah menaklukkan ibukota dan menewaskan Maharaja Dharma Setia, Kesultanan Kutai kemudian menguasai seluruh wilayah Kerajaan Kutai.
Dengan runtuhnya Kerajaan Kutai, maka berakhir pula dominasi agama Hindu-Buddha di Kalimantan Timur setelah berkuasa selama kurang lebih 12 abad. Kerajaan ini kemudian digantikan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang menjadi kerajaan Islam pertama di Kalimantan Timur.
Proses Runtuhnya Kerajaan Kutai
Proses runtuhnya Kerajaan Kutai hindu diawali setelah berakhirnya pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-5 Masehi.
Raja Mulawarman adalah raja yang membawa masa kejayaan untuk Kerajaan Kutai dan mampu mempertahankan wilayah kerajaan dari serangan luar. Namun, setelah wafatnya Sang Prabu, Kerajaan Kutai mulai memasuki masa sulit.
Beberapa raja pengganti Mulawarman tidak mampu mempertahankan kejayaan kerajaan. Wilayah kekuasaan Kutai semakin menyusut akibat peperangan dan pemberontakan internal. Kondisi Kerajaan semakin kacau dan tidak menentu selama beberapa abad.
Hingga pada abad ke-16, Kerajaan Kutai dipimpin oleh Maharaja Dharma Setia. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Kutai yang telah menganut agama Islam di bawah pimpinan Pangeran Sinum Panji Mendapa menyerang ibukota Kerajaan Kutai di Kutai. Dalam pertempuran mempertahankan ibukota tersebut, Maharaja Dharma Setia gugur.
Dengan gugurnya Maharaja Dharma Setia dan jatuhnya ibukota ke tangan Kesultanan Kutai, maka berakhirlah masa Kerajaan Kutai setelah berkuasa lebih dari 1235 tahun di Kalimantan Timur. Wilayahnya kemudian diambil alih dan digabungkan ke dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Faktor yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Kutai
Menurunnya kinerja kepemimpinan
Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai pada abad ke-5 Masehi dikenal sebagai raja yang membawa masa kejayaan untuk Kerajaan Kutai saat itu. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Kalimantan Timur. Sang Raja juga berhasil menjaga keutuhan wilayah kerajaan dari penyerangan kerajaan-kerajaan tetangga.
Namun, setelah Mangkatnya Raja Mulawarman, tampuk kepemimpinan Kerajaan Kutai mulai dipegang oleh raja-raja yang kurang kompeten dan lemah. Mereka tidak mampu melanjutkan kepemimpinan bijaksana Mulawarman dalam memakmurkan kerajaan dan menjaga stabilitas politik.
Akibat lemahnya para pengganti Mulawarman tersebut, perlahan lahan wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai menyusut. Beberapa daerah memberontak dan memisahkan diri. Raja-raja Kutai juga gagal mempertahankan wilayah inti kerajaan dari serbuan kerajaan tetangga. Kondisi dalam negeri Kutai pun makin tak menentu.
Menurunnya kualitas kepemimpinan raja-raja Kutai inilah yang menjadi pemicu runtuhnya kerajaan yang telah berkuasa lebih dari 1000 tahun tersebut. Raja-raja Kutai gagal melanjutkan kejayaan yang dibangun Mulawarman dan pada akhirnya harus rela takhta mereka direbut Kesultanan Kutai.
Konflik antar Kerajaan Kutai
Selain menurunnya kualitas kepemimpinan raja, faktor lain yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kutai adalah konflik internal yang berkepanjangan.
Sejarah mencatat, sepeninggal Raja Mulawarman, terjadi perebutan takhta yang intens di kalangan keluarga kerajaan dan para pembesar Kutai.
Konflik internal itu berawal dari perebutan hak waris takhta Kerajaan Kutai di antara putra dan kerabat raja. Konflik semakin memecah belah ketika beberapa pembesar ikut memberontak dan menginginkan tampuk kekuasaan. Peperangan saudara tidak bisa dihindarkan.
Perselisihan internal tersebut berlarut-larut selama berabad-abad dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda. Tak sedikit raja Kutai yang harus berhadapan dengan pemberontakan dari sanak saudara atau pejabat kerajaan sendiri.
Akibatnya, kondisi dalam negeri Kerajaan Kutai tidak pernah stabil. Energi dan sumber daya banyak terbuang untuk menumpas pemberontakan dari dalam tubuh kerajaan itu sendiri. Hal ini melemahkan Kerajaan Kutai dan mempercepat keruntuhannya.
Konflik internal inilah yang ikut andil besar dalam menumbangkan kejayaan Kerajaan Kutai setelah hampir 12 abad menguasai Kalimantan Timur.
Tak ada penerus takhta
Selain dua faktor di atas, keruntuhan Kerajaan Kutai juga dipercepat oleh ketidakjelasan penerus takhta kerajaan. Setelah Mangkatnya Raja Mulawarman, tidak ada satupun raja pengganti yang mampu mendapatkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat Kutai.
Para raja yang berkuasa umumnya hanya didukung sebagian kalangan istana dan kerabat kerajaan saja. Mereka tidak memiliki karisma dan kemampuan memimpin seperti Raja Mulawarman untuk menyatukan seluruh elemen kerajaan.
Akibatnya, setiap kali raja mangkat, pasti muncul konflik perebutan takhta dari beberapa pihak yang merasa berhak menjadi penguasa Kutai. Tidak adanya raja yang disegani dan mampu mengakhiri konflik internal inilah yang semakin memperparah perpecahan dan melemahkan Kerajaan Kutai menjelang keruntuhannya.
Dengan demikian, ketidakjelasan penerus takhta menjadi salah satu faktor kunci yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan Kerajaan Kutai setelah hampir 12 abad di Kalimantan Timur.
Tumbuhnya Kerajaan Islam
Faktor lain yang turut menumbangkan Kerajaan Kutai adalah muncul dan berkembangnya Kesultanan Kutai di bawah pengaruh Islam.
Pada awal abad ke-16, Pangeran Sinum Panji Mendapa mendirikan Kesultanan Kutai setelah sebelumnya telah memeluk agama Islam.
Dengan cepat Kesultanan Kutai menjadi kekuatan politik baru yang menyaingi kekuasaan Kerajaan Kutai hindu. Pangeran Mendapa menerima dukungan militer dari kesultanan-kesultanan Islam lainnya. Ia pun mengerahkan tentara dan armada perangnya menyerang wilayah taklukan Kerajaan Kutai.
Perluasan Kesultanan Kutai ini menjadi ancaman untuk Kerajaan Kutai yang tengah melemah akibat konflik internal dan lemahnya pimpinan. Pertempuran di darat dan laut tidak bisa dihindari, yang pada akhirnya dimenangkan oleh tentara Kesultanan Kutai.
Kehadiran dan perluasan militer Kesultanan Kutai inilah yang menjadi keruntuhan untuk Kerajaan Kutai. Sang Maharaja Dharma Setia akhirnya gugur dalam pertempuran tersebut. Hal ini pulalah yang menandai berakhirnya Kerajaan Kutai setelah 12 abad menguasai Kalimantan Timur.
Kondisi kerajaan yang mulai kurang kondusif dan tidak pasti
Faktor terakhir yang menjadi penyebab utama runtuhnya Kerajaan Kutai hindu adalah kondisi internal kerajaan yang tidak lagi kondusif dan mengalami ketidakpastian politik.
Sejak mangkatnya Raja Mulawarman sampai berakhirnya masa kekuasaan Kerajaan Kutai, kondisi dalam negeri kerajaan selalu diselimuti konflik dan peperangan saudara yang tiada henti akibat perebutan takhta. Kondisi itu semakin diperparah dengan munculnya ancaman dari Kesultanan Kutai.
Akibatnya, Kerajaan Kutai menjadi sangat lemah dan tidak berdaya. Sumber daya dan perhatian lebih banyak keluar untuk mengatasi masalah internal ketimbang menghadapi perluasan Kesultanan Kutai. Rakyat Kutai pun makin menderita dan mulai kehilangan kepercayaan pada penguasa mereka.
Kondisi dalam negeri yang tidak menentu dan penuh gejolak inilah yang memperlemah Kerajaan Kutai hingga tidak mampu mempertahankan wilayah dan eksistensinya ketika diserang oleh tentara Kesultanan Kutai pada tahun 1635.
Sang Maharaja Dharma Setia pun akhirnya gugur bersama runtuhnya kerajaan yang telah berkuasa selama lebih dari 12 abad di tanah Kalimantan.
Kesimpulan
Kerajaan Kutai yang telah berkuasa selama lebih dari 12 abad di Kalimantan Timur akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai pada tahun 1635.
Keruntuhan tersebut diawali oleh serangan militer Kesultanan Kutai pimpinan Pangeran Mendapa yang telah memeluk Islam.
Beberapa faktor lain yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kutai yaitu:
- Menurunnya kualitas kepemimpinan raja-raja Kutai setelah mangkatnya Raja Mulawarman.
- Konflik internal kerajaan yang berkepanjangan.
- Tidak adanya penerus takhta yang kuat dan disegani.
- Munculnya Kesultanan Kutai sebagai kekuatan politik baru di bawah panji Islam.
Semua faktor tersebut mengakibatkan kondisi dalam negeri Kerajaan Kutai menjadi tidak kondusif dan makin lemah. Akhirnya Kerajaan Kutai tidak mampu mempertahankan diri ketika diserang pasukan Kesultanan Kutai.
Dengan jatuhnya ibukota dan gugurnya Raja Dharma Setia, maka Kerajaan Kutai runtuh setelah berkuasa lebih dari 12 abad setelah diserang oleh militer Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Baca juga artikel kami lainnya yang membahas masa kejayaan kerajaan kutai.