Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan hindu tertua di Pulau Jawa yang berkembang pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.
Kerajaan ini meninggalkan berbagai peninggalan bersejarah berupa candi dan arca yang sangat penting untuk memahami peradaban awal masyarakat di wilayah Jawa Barat saat ini.
Di dalam artikel ini, kami akan menjelaskan mengenai candi dan arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara secara lengkap, mulai dari candi batujaya, candi jiwa, arca rajarsi, hingga arca wisnu cibuaya II.
Mari baca artikel ini sampai tuntas.
Candi Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Candi Batujaya
Candi Batujaya terletak di Desa Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-4 Masehi pada masa kepemimpinan Raja Purnawarman yang merupakan pendiri Kerajaan Tarumanegara.
Bangunan utama Candi Batujaya berbentuk persegi empat dengan ukuran 9 x 11 meter yang dikelilingi oleh tembok batu setinggi 2,5 meter. Kemudian, di dalam kompleks Candi Batujaya terdapat sejumlah bangunan per candian kecil lainnya yang diduga berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Candi ini dibangun dan diperuntukkan sebagai tempat sembahyang untuk umat agama Hindu dan Buddha. Diperkirakan Candi Batujaya berfungsi sebagai tempat memuja arwah leluhur raja-raja Tarumanegara, tempat upacara keagamaan, dan pusat kegiatan seni budaya pada masa itu.
Selain itu, umur Candi Batujaya diperkirakan lebih tua dibanding Candi Prambanan dan Borobudur. Gaya seni arsitekturnya juga berbeda, dengan ciri khas batu kali yang masih kasar.
Keberadaan Candi Batujaya menjadi saksi penting kehidupan religi, sosial, dan ekonomi Kerajaan Tarumanegara dalam berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Jawa Barat.
Candi Jiwa
Candi Jiwa merupakan candi tertua di Pulau Jawa yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanagara dan menganut agama Buddha. Candi ini terletak di Desa Jiwan, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Candi Jiwa pertama kali ditemukan pada tahun 1984 oleh tim arkeologi Universitas Indonesia di bawah sawah penduduk.
Candi tersebut didirikan dengan bahan utama bata tanpa diamplas yang disusun tanpa menggunakan bahan perekat. Ukuran luas persegi Candi Jiwa adalah 19 x 19 meter dengan tinggi bangunan mencapai 3,84 meter atau tersusun dari 48 lapis bata merah. Kemudian, atap Candi Jiwa diduga berbentuk limas atau kubus.
Candi Jiwa kemungkinan berfungsi sebagai stupa (tempat penyimpanan relik Buddha) dan kegiatan spiritual Buddhis pada masa Tarumanagara.
Pemugaran Candi Jiwa pertama kali dilakukan pada tahun 1996. Saat ini, situs bersejarah ini telah dilindungi oleh pemerintah dan menjadi objek wisata yang dikelola warga.
Selain itu, eksistensi Candi Jiwa menjadi bukti kuat bahwa agama Buddha sudah ada dan berkembang di Pulau Jawa sejak abad ke-6 atau ke-7 Masehi pada zaman Kerajaan Tarumanegara.
Arca Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Arca Rajarsi
Arca Rajarsi merupakan arca peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara yang menggambarkan sosok Raja Purnawarman yang memiliki sifat seperti dewa wisnu. Diperkirakan arca ini berasal dari sekitar abad ke-5 Masehi. Arca Rajarsi terbuat dari perunggu dengan tinggi 46 cm dan lebar 26 cm.
Sayangnya lokasi penemuan asli Arca Rajarsi tidak diketahui pasti, namun diduga arca ini berasal dari Jakarta atau sekitarnya.
Arca Wisnu Cibuaya I
Arca Wisnu Cibuaya I adalah arca peninggalan masa Kerajaan Tarumanagara yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Arca ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Warsinah saat menggali sumur di Kecamatan Pedes tahun 1951.
Arca berbahan perunggu ini berwujud sosok bertangan empat dengan tinggi 63 cm dalam posisi berdiri tegak. Arca ini memiliki persamaan dengan arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja. Arca Wisnu Cibuaya I juga memiliki persamaan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.
Kini Arca Wisnu Cibuaya I telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya dan disimpan di Museum Nasional Indonesia sebagai koleksi arkeologi Kerajaan Tarumanegara.
Arca Wisnu Cibuaya II
Arca Wisnu Cibuaya II merupakan arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berasal dari sekitar abad ke-7 Masehi. Arca yang terbuat dari batu andesit hitam ini ditemukan di Desa Cibuaya, Jawa Barat pada tahun 1957 dengan tinggi 48 cm.
Menurut beberapa informasi, Arca Wisnu Cibuaya II memiliki kemiripan dengan arca Seni Pala dari abad ke-7 Masehi.
Arca Wisnu tersebut di Indonesia memiliki peran penting dalam nilai-nilai keagamaan, kultural, dan sejarah, seperti simbol agama Hindu, mencerminkan toleransi dan harmoni antar agama di tengah masyarakat yang beragam.
Saat ini, Arca Wisnu Cibuaya II telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya dan disimpan di Museum Nasional sebagai koleksi arkeologi Tarumanagara.
Kesimpulan
Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan hindu tertua yang berada di Pulau Jawa. Kerajaan ini meninggalkan banyak peninggalan berupa candi dan arca, seperti Candi Batujaya, Candi Jiwa, Arca Rajarsi, serta Arca Wisnu Cibuaya I dan II.
Candi Batujaya dan Candi Jiwa menunjukkan bukti kuat pengaruh agama Hindu-Buddha yang sudah masuk dan berkembang di Jawa Barat sejak abad ke-4 Masehi.
Sementara Arca Rajarsi serta Arca Wisnu Cibuaya I dan II mencerminkan toleransi beragama dan perpaduan budaya asli dengan unsur India pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Dengan demikian, peninggalan-peninggalan Kerajaan Tarumanegara tersebut sangat berharga untuk memahami kehidupan religius, sosial, politik, dan budaya masyarakat Jawa saat itu.