Mengenal Zaman Praaksara dan Peninggalannya di Indonesia

Cari tahu tentang zaman praaksara, mulai dari pengertian, waktu dimulainya, berakhirnya, hingga berbagai peninggalannya di Indonesia disini.

Apakah Anda pernah mendengar tentang zaman praaksara? 

Zaman praaksara adalah periode sejarah manusia sebelum mengenal tulisan. Di Indonesia, zaman praaksara berlangsung manusia purba muncul hingga abad ke-5 Masehi. 

Di zaman itu, manusia hidup dengan cara berburu, meramu, dan bercocok tanam. 

Selain itu, mereka juga meninggalkan jejak-jejak kebudayaan yang bisa ditemukan hingga saat ini. Jejak-jejak tersebut antara lain berupa kapak perimbas, batu pipisan, hingga mata pisau. 

Dengan mengenal zaman praaksara dan peninggalannya di Indonesia, maka Anda bisa memahami asal-usul dan perkembangan kebudayaan bangsa dengan baik. 

Lantas, bagaimana caranya? 

Yuk, simak artikel ini sampai selesai untuk mengetahuinya.

Apa itu Zaman Praaksara?

Gambar zaman praaksara

Zaman praaksara berasal dari dua kata yaitu “pra” artinya sebelum dan “aksara” artinya tulisan. Jadi, zaman praaksara adalah zaman dimana manusia belum mengenal tulisan. 

Sebagai gantinya, manusia zaman praaksara berkomunikasi dengan cara melukis di dinding-dinding gua dan menggunakan bahasa isyarat, baik tangan maupun bunyi (Kompas).

Menurut Roboguru, zaman praaksara dikenal juga dengan sebutan zaman nirleka yang berasal dari bahasa sansekerta. 

Nir artinya tanpa dan leka artinya tulisan, sehingga zaman nirleka adalah masa dimana tidak adanya tulisan.

Waktu Dimulainya Zaman Praaksara

Gambar manusia zaman praaksara

Berdasarkan informasi dari Repository Kemdikbud bahwa waktu dimulainya zaman praaksara hingga kini belum diketahui secara pasti.

Dimulai zaman praaksara belum diketahui secara pasti hingga kini disebabkan oleh belum adanya bukti penelitian yang dapat mendukung akan hal tersebut.

Namun, diperkirakan zaman praaksara dimulai sejak manusia purba mulai ada di muka bumi

Dilansir dari Kompas, manusia purba mulai muncul diperkirakan sekitar 2,588 juta tahun yang lalu atau pada zaman kuarter.

Munculnya manusia tersebut karena keadaan bumi sudah lebih baik dan berkembang dibandingkan sebelumnya, seperti perubahan cuaca yang tidak ekstrem.

Berakhirnya Zaman Praaksara

Gambar pada zaman praaksara

Menurut beberapa sumber, berakhirnya zaman praaksara di setiap negara tidaklah sama. 

Alasan Berakhirnya Zaman Praaksara Berbeda di Tiap Negara

Berakhirnya zaman praaksara di setiap negara tidak sama karena tergantung dari peradaban negara itu sendiri.

Menurut Detikedu menyatakan bahwa berakhirnya zaman praaksara tidak sama dikarenakan setiap negara memiliki waktu yang berbeda ketika mulai mengenal tulisan.

Kemudian, perbedaan berakhirnya zaman praaksara tersebut disebabkan oleh perbedaan waktu penemuan atau penggunaan tulisannya oleh setiap negara (Kompas).

Namun, berdasarkan data diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa berakhirnya zaman praaksara adalah saat manusia purba mulai mengenal tulisan.

Berakhirnya Zaman Praaksara di Indonesia

Di Indonesia, zaman praaksara berakhir sekitar abad ke 5 atau saat berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur.

Berakhir zaman praaksara di Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya 7 prasasti Yupa yang menceritakan tentang Raja Mulawarman yang memberikan hadiah dan korban untuk kesejahteraan rakyat.

Beberapa Peninggalan Zaman Praaksara

Kapak perimbas

Gambar kapak perimbas zaman paleolitikum

Kapak perimbas adalah peninggalan zaman praaksara pada zaman paleolitikum. Kapak perimbas memiliki nama lain yaitu Chopper (Kompas).

Kapak ini memiliki bentuk yang menyerupai kapak genggam, tetapi lebih besar dan hanya tajam pada satu sisi.

Menurut Detik, kapak perimbas dibuat oleh manusia purba jenis pithecanthropus erectus. 

Manusia purba tersebut jugalah yang mengembangkan kebudayaan pacitan atau kebudayaan batu yang salah satu hasilnya adalah kapak perimbas.

Penemuan Kapak Perimbas

Kapak perimbas ditemukan oleh seorang peneliti berkebangsaan Jerman - belanda yaitu Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 (Kompas).

Kapak ini pertama kali ditemukan olehnya di Sungai Baksoka, Punung, Pacitan, Jawa Timur. Daerah tersebut menjadi lokasi terpenting dan terbanyak ditemukannya kapak perimbas dan peralatan zaman paleolitikum.

Fungsi Kapak Perimbas

  • Digunakan untuk menusuk dan menguliti binatang buruan guna diambil dagingnya untuk dikonsumsi.
  • Mencari umbi-umbian di dalam tanah yang menjadi sumber makanan selain daging dengan memanfaatkan salah satu bagian ujungnya yang tajam untuk menggali tanah.
  • Menumbuk kacang dan tanaman lainnya agar lebih mudah dikonsumsi oleh manusia purba saat itu (Merdeka).
  • Merimbas atau memotong kayu yang digunakan sebagai penutup tubuh.

Daerah Persebaran Kapak Perimbas

Tidak hanya di Punung, Pacitan, kapak perimbas dapat ditemukan. Namun, kapak perimbas dapat Anda temukan di berbagai daerah di Indonesia.

Daerah persebaran kapak perimbas berada di wilayah sebagai berikut.

  • Lahat, Sumatera Selatan.
  • Tambangsawah, Bengkulu.
  • Kamuda, Lampung.
  • Jampang Kulon, Sukabumi, Jawa Barat.
  • Bali.
  • Flores, Nusa Tenggara Timur.

Batu pipisan

Gambar batu pipisan zaman mesolitikum

Batu pipisan merupakan peninggalan zaman praaksara tepatnya pada zaman mesolitikum. 

Menurut Ditjen Kebudayaan, batu pipisan terdiri dari dua benda yaitu sebuah batu datar berupa pelandas (lindasan) yang berbentuk persegi panjang dan sebuah batu giling (gandik) yang berbentuk silinder.

Penemuan Batu Pipisan

Dilansir dari Kompas, arkeolog asal Belanda yaitu Dr. Pieter Vincent van Stein Callenfels berhasil menemukan batu pipisan pada tahun 1928 - 1931.

Batu pipisan tersebut ditemukan di Gua Lawa, Ponorogo, Jawa Timur. Di dalam gua tersebut, Stein Callenfels berhasil menemukan 79 batu pipisan yang terkubur di dalam berbagai lapisan tanah.

Fungsi Batu Pipisan

  • Menghaluskan biji-bijian yang dapat dimakan.
  • Menumbuk tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat obat-obatan, seperti daun, akar, atau kulit kayu.

Tumbuh-tumbuhan tersebut ditumbuk hingga menjadi bubuk atau pasta yang dapat dioleskan pada luka atau diminum sebagai jamu.

  • Menumbuk tanah merah yang mengandung oksida besi untuk menghasilkan cat berwarna merah. 

Cat itu diduga digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan, seperti melukis tubuh, melukis di gua, atau menandai batu-batu suci.

Daerah Persebaran Batu Pipisan

Tidak hanya tersebar di daerah Ponorogo, Jawa Timur, melainkan tersebar juga di beberapa wilayah di Indonesia, seperti:

  • Bukit Remis, Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (Detikedu)
  • Sumatera Utara 
  • Cianjur, Jawa Barat 
  • Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (Kumparan)
  • Magelang, Jawa Tengah
  • Batang, Jawa Tengah
  • Tegal, Jawa Tengah
  • Pekalongan, Jawa Tengah
  • Gua Prajekan, Besuki, Jawa Timur

Kapak lonjong

Gambar kapak lonjong zaman neolitikum

Kapak lonjong adalah alat yang terbuat dari batu yang dibentuk menjadi lonjong dan memiliki tangkai kayu. Kapak ini merupakan peninggalan zaman neolitikum (zaman batu baru). 

Pemberian nama kapak lonjong berasal dari bentuk penampang kapaknya yang lonjong. 

Kapak ini berasal dari bahan batu berbentuk bulat lonjong, memiliki permukaan yang halus, punggung kapak yang agak runcing, dan mata kapak tersebut pipih dengan ketebalan 1 cm (Museum Kemdikbud).

Disamping itu, kapak lonjong terbuat dari batu kali yang berwarna hitam atau nefrit yang berwarna hijau tua.

Kapak lonjong terdiri dari dua jenis yaitu kapak lonjong berukuran besar yang disebut Walzenbeil dan kapak lonjong berukuran kecil yang disebut kleinbeil.

Penemuan Kapak Lonjong

Seorang peneliti bernama Tom Harrison berhasil menemukan kapak lonjong untuk pertama kalinya pada tahun 1920-an di daerah Gua Niah, Serawak, Malaysia (Roboguru).

Kapak lonjong yang ditemukannya tersebut berada di dalam lapisan tanah yang telah berusia 8000 tahun lalu (Kompas).

Fungsi Kapak Lonjong

Dilansir dari Kumparan, fungsi kapak lonjong tergantung dari ukuran yang dibuatnya. Berikut fungsi kapak lonjong berukuran besar, yaitu:

  • Untuk bercocok tanam, seperti mencangkul.
  • Untuk memotong makanan, seperti daging atau tumbuhan.
  • Sebagai alat perkakas.

Sedangkan, fungsi kapak lonjong berukuran kecil, antara lain:

  • Benda pusaka yang diturunkan secara turun temurun.
  • Sebagai pelengkap dalam upacara keagamaan.

Daerah Persebaran Kapak Lonjong

Kapak lonjong banyak tersebar di daerah Indonesia bagian timur, seperti:

  • Sulawesi
  • Sangihe Talaud
  • Flores
  • Maluku
  • Leti
  • Tanimbar
  • Papua

Menhir

Gambar menhir pada zaman megalitikum

Menhir berasal dari dari bahasa Keltik yang terdiri dari dua kata yaitu men yang artinya batu dan hir artinya panjang. 

Maka dapat disimpulkan bahwa menhir adalah batu panjang yang berada di atas tanah (Kompas).

Penjelasan secara panjangnya bahwa menhir merupakan peninggalan zaman praaksara tepatnya zaman megalitikum berupa tiang atau tugu batu untuk melambangkan arwah nenek moyang.

Selain itu, perlu Anda ketahui bahwa menhir dapat berupa batu tunggal atau berkelompok dan sering kali berbentuk meruncing ke atas.

Fungsi Menhir

  • Sebagai sarana pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang yang diyakini memiliki kekuatan gaib dan dapat memberikan perlindungan atau berkah kepada keturunannya.
  • Sebagai tugu peringatan untuk menghormati seseorang yang telah meninggal, terutama yang memiliki kedudukan penting dalam masyarakat, seperti kepala suku, pahlawan, atau tokoh agama.
  • Sebagai tanda batas wilayah atau tanda peringatan untuk orang asing yang hendak memasuki suatu daerah. 

Dengan begitu, menhir dapat menunjukkan identitas atau kekuasaan suatu kelompok atau suku yang menguasai daerah tersebut.

  • Sebagai penolak bala, yaitu untuk mencegah atau mengusir bencana alam maupun penyakit. Maka dari itu, pada menhir terdapat hiasan, ukiran, atau simbol-simbol yang dianggap memiliki makna magis atau sakral.

Daerah Persebaran Menhir

Indonesia memiliki daerah persebaran kebudayaan menhir yang sangat luas mulai dari wilayah barat hingga wilayah timur, seperti:

  • Sumatera Barat
  • Pasemah, Sumatera Selatan
  • Panggungharjo, Lampung
  • Situs Lebak Kosala, Kabupaten Lebak, Banten
  • Situs Lebak Cibedug, Kabupaten Lebak Banten
  • Leles, Jawa Barat
  • Cisolok, Jawa Barat
  • Yogyakarta, DI Yogyakarta
  • Pekauman Bondowoso, Jawa Timur
  • Sembiran, Bali
  • Belu, Timor, Nusa Tenggara Timur

Nekara

Gambar nekara perunggu

Nekara merupakan peninggalan kebudayaan zaman zaman perunggu, khususnya kebudayaan Dong Son yang berkembang di Cina Selatan dan Asia Tenggara.

Dikutip dari Ditjen Kebudayaan, nekara adalah gendang besar yang terbuat dari perunggu dengan bagian yang dipukul cukup lebar, tetapi untuk bagian pinggangnya mengecil. 

Pada nekara banyak ditemukan berbagai hiasan, seperti geometris, zoomorphic, manusia, perahu, topeng, maupun hewan mitologis.

Jenis Nekara di Indonesia

Anda harus tahu bahwa nekara yang ditemukan di Indonesia memiliki dua jenis, yaitu nekara pejeng dan nekara heger (kompas).

Berikut penjelasannya.

  • Nekara pejeng adalah nekara yang disebut sebut berasal dari Indonesia. Nekara jenis ini merupakan nekara terbesar yang memiliki tinggi 2 meter dan garis tengahnya 1,5 meter.

Nekara pejeng ditemukan di daerah Bali dan masyarakat setempat menganggapnya sebagai benda yang dikeramatkan dan dipuja.

  • Nekara heger adalah nekara yang berasal dari luar Indonesia, tepatnya berasal dari Kebudayaan Dongson, Vietnam.

Nekara jenis ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas untuk memukul, bagian tengah sebagai pinggang, dan bagian bawah sebagai kaki yang tidak tertutup tetapi berongga.

Fungsi Nekara

Dilansir dari Kompas bahwa nekara memiliki banyak fungsi, seperti:

  • Sebagai alat untuk melakukan komunikasi karena dapat menghasilkan bunyi yang keras dan jauh, sehingga dapat menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. 
  • Sebagai alat pelengkap upacara adat/ritual keagamaan, seperti pemujaan dewa, pengorbanan, atau penyembuhan.
  • Sebagai tanda atau sinyal dimulainya perang. Bunyi nekara dapat memberitahu musuh atau sekutu tentang kesiapan untuk berperang. 

Disamping itu, bunyi nekara juga dapat membangkitkan semangat juang dan keberanian para pejuang serta mengintimidasi lawan dengan menunjukkan kekuatan dan kemampuan militer.

  • Sebagai simbol status sosial dalam kekuatan magis yang religius. Hal itu karena nekara merupakan barang mewah yang tidak semua orang mampu memilikinya. 

Oleh karena itu, nekara menunjukkan kemakmuran dan kejayaan suatu kelompok atau individu. 

Selain itu, nekara juga diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat memberikan perlindungan, kesuburan, atau kesejahteraan bagi pemiliknya.

Daerah Persebaran Nekara

Dikutip dari Repository UGM bahwa daerah persebaran nekara di Indonesia sangat luas, mulai dari pulau sumatera hingga pulau papua.

Beberapa daerah persebaran nekara tersebut, seperti:

  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali
  • Kabupaten Flores Timur
  • Alor, Nusa Tenggara Timur
  • Pulau Selayar, Sulawesi Selatan
  • Kepulauan Kei, Maluku

Mata pisau

Gambar mata pisau zaman besi

Mata pisau adalah alat pemotong yang terbuat dari logam besi atau baja yang telah dipanaskan dan dibentuk dengan cara ditempa serta merupakan peninggalan zaman besi.

Berbagai Bentuk dan Fungsi Mata Pisau Zaman Besi

  • Pisau lurus. Mata pisau yang memiliki tepi lurus sejajar dengan sumbu pisau. 

Jenis pisau lurus biasanya digunakan untuk memotong, menusuk, atau mengiris benda-benda keras atau tebal.

  • Pisau melengkung. Jenis mata pisau ini memiliki tepi melengkung yang membentuk sudut dengan sumbu pisau. 

Biasanya pisau ini digunakan untuk memotong, mengiris, atau mencincang benda-benda lunak atau tipis.

  • Pisau bergerigi memiliki tepi bergerigi yang berfungsi sebagai gergaji. 

Diketahui bahwasannya pisau bergerigi digunakan untuk memotong benda-benda berserat atau berotot, seperti kayu, tulang, atau daging.

  • Pisau bercabang memiliki dua atau lebih tepi yang bercabang dari sumbu pisau. 

Jenis pisau ini digunakan untuk menangkap, menjerat, atau melukai lawan dalam pertempuran.

Daerah Persebaran Mata Pisau pada Zaman Besi

Menurut Kontan, daerah persebaran mata pisau terdapat di beberapa daerah di Indonesia, yaitu:

  • Bogor, Jawa Barat
  • Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta
  • Besuki, Jawa Timur
  • Punung, Jawa Timur

Kesimpulan

Gambar manusia pada zaman praaksara

Zaman praaksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. 

Pada masa ini, manusia praaksara berkomunikasi dengan cara melukis di gua dan menggunakan isyarat tangan atau suara. 

Diperkirakan zaman ini dimulai sejak manusia purba muncul sekitar 2,588 juta tahun lalu di zaman Kuarter. 

Sedangkan, zaman praaksara berakhir di waktu yang berbeda di setiap negara, tergantung kapan mereka mengenal tulisan. 

Di Indonesia, zaman praaksara berakhir sekitar abad ke-5, ketika Kerajaan Kutai Kartanegara didirikan di Kalimantan Timur yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Yupa.

Selain itu, ada banyak peninggalan zaman praaksara yang ditemukan di Indonesia, seperti kapak perimbas, batu pipisan, kapak lonjong, menhir, nekara, dan mata pisau. 

Peninggalan tersebut menunjukkan perkembangan peradaban manusia praaksara saat itu. 

Setelah Anda mengetahui tentang zaman praaksara. Baca juga mengenai periodisasi masa praaksara.

Terimakasih telah membaca dan berkunjung