Kebudayaan Zaman Mesolitikum: Kjokkenmoddinger & Abris Sous Roche

Kebudayaan zaman mesolitikum adalah kebudayaan yang berlangsung pada zaman mesolitikum/zaman batu tengah. Salah satu hasil kebudayaan zaman mesolitikum yaitu kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche.

Lantas, apa itu kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche? Bagaimana caranya kedua kebudayaan tersebut bisa dikenal sampai sekarang padahal sudah berlalu sampai ratusan ribu tahun.

Di dalam artikel ini, kami akan membahas kebudayaan zaman mesolitikum yaitu kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche. Dari pengertian, daerah penemuan, peneliti, jenis peralatan, hingga manusia purba yang hidup saat itu.

Mari kita baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahuinya yang dimulai dari apa yang dimaksud dengan kebudayaan zaman mesolitikum terlebih dahulu.

Apa yang Dimaksud dengan Kebudayaan Zaman Mesolitikum?

Gambar Hasil Kebudayaan Zaman Batu Tengah

Credit Image

Kebudayaan zaman mesolitikum adalah kebudayaan yang berkembang pada periode antara zaman batu tua dan zaman batu muda. Diperkirakan kebudayaan ini berkembang sekitar 10.000-7.000 tahun sebelum Masehi. 

Diketahui kebudayaan ini ditandai dengan penggunaan alat-alat batu yang lebih halus dan bervariasi dibandingkan zaman paleolitikum. Selain itu, kecenderungan manusia purba pada kebudayaan ini tinggal di tepi sungai, laut, atau gua. 

Perlu Anda tahu bahwa manusia purba pendukung zaman mesolitikum adalah jenis homo sapiens. Manusia purba jenis homo sapiens adalah manusia purba yang memiliki kemampuan berpikir dan berkomunikasi lebih baik daripada manusia purba sebelumnya.

Menurut penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia ditemukan berbagai peninggalan kebudayaan zaman mesolitikum, seperti kjokkenmoddinger, pebble, batu pipisan, bone culture, dan flakes culture.

Dengan ditemukannya kebudayaan zaman Mesolitikum, Anda dapat mengetahui bahwa manusia purba telah mengalami perkembangan dalam hal teknologi, adaptasi lingkungan, dan kepercayaan. 

Selain itu, kebudayaan ini juga menjadi dasar bagi kebudayaan zaman Neolitikum yang lebih maju. 

Ciri ciri kebudayaan zaman mesolitikum

Kebudayaan zaman mesolitikum memiliki sejumlah ciri-ciri khas yang membedakannya dari zaman paleolitikum dan Neolitikum. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama kebudayaan zaman Mesolitikum yang dapat Anda ketahui:

  • Pola kehidupan yang semi nomaden. Pola kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan manusia purba yang tidak sepenuhnya nomaden dan sedenter. Manusia purba biasanya menempati tempat, seperti gua, pipisan batu, atau tempat-tempat yang dilindungi di bawah tebing.
  • Menggunakan alat-alat yang lebih spesifik. Alat-alat batu yang digunakan dalam kebudayaan ini lebih spesifik, seperti membuat peralatan yang digunakan untuk kegiatan berburu, mengumpulkan, dan mengolah sumber daya. Selain itu, alat-alat ini berukuran lebih kecil dan lebih halus dibandingkan dengan zaman Paleolitikum.
  • Mengolah sumber daya laut. Manusia purba mulai mengolah sumber daya laut seperti ikan, kerang, dan hewan laut kecil.
  • Teknologi lebih maju dibanding zaman paleolitikum. Kebudayaan ini mengembangkan teknologi yang lebih maju dalam pembuatan alat-alat batu, seperti teknik mikrolitik yang dapat menghasilkan alat-alat kecil yang tajam untuk berburu dan keperluan lainnya.

Setelah Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan kebudayaan zaman mesolitikum. Selanjutnya, Anda harus mempelajari mengenai berbagai hasil kebudayaan zaman mesolitikum.

Berbagai Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum

Gambar Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Gambar Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Credit Image

Kebudayaan kjokkenmoddinger (jejak kehidupan pada tumpukan kerang)

Kebudayaan kjokkenmoddinger adalah peninggalan hasil kebudayaan manusia purba pada zaman mesolitikum yang berupa fosil tumpukan/timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung. 

Diketahui, kata kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark yang berarti sampah dapur. Kebudayaan ini menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini telah menetap di wilayah pantai. Selain itu, manusia purba zaman mesolitikum ini hidupnya tergantung dari mengandalkan hasil laut sebagai sumber makanan. 

Manusia purba memanfaatkan kerang dan siput sebagai bahan pangan, alat potong, alat serut, mata kail, perhiasan, dan alat tukar. Perlu Anda tahu bahwa, kebudayaan kjokkenmoddinger ditemukan di lokasi sepanjang pantai timur Sumatera, antara Aceh dan Medan

Selain itu, kebudayaan kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah seperti tepi pantai karena beberapa alasan, diantaranya:

  • Wilayah pantai sering kali dijadikan tempat untuk pemukiman awal.
  • Ketersediaan sumber daya laut yang melimpah.
  • Kondisi iklim dan wilayah yang subur/mendukung untuk ditinggali.

Penemuan dan penelitian awal terhadap kebudayaan kjokkenmoddinger ini dilakukan oleh Dr. P.V. Van Stein Callenfels pada tahun 1925. 

Dari penelitian tersebut, diperkirakan bahwa manusia purba yang hidup atau pendukung kebudayaan kjokkenmoddinger adalah ras/jenis papua melanosoide yang berasal dari pegunungan bacson.

Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa ciri ciri kebudayaan kjokkenmoddinger, meliputi pemukiman dekat pantai, sumber makanan utama berasal dari laut, peralatan yang digunakan sederhana, dan pola kehidupannya semi nomaden.

Menurut beberapa ahli, pada kebudayaan kjokkenmoddinger banyak ditemukan jenis peralatan, seperti batu pipisan, kapak genggam sumatera, alat-alat batu, tulang, kerang, dan sisa-sisa makanan. Berbagai jenis peralatan tersebut menunjukkan kehidupan sehari-hari, pola makan, dan aktivitas ekonomi dari manusia purba yang hidup di pesisir laut.

Anda perlu tahu bahwa terdapat dua kesimpulan yang didapat dari penemuan kjokkenmoddinger yaitu:

  • Ketergantungan terhadap sumber daya laut. Hal ini terlihat dari sampah dapur kulit kerang dan siput yang menggunung. Ketergantungan ini mencerminkan bahwa sumber daya laut menjadi komponen vital dalam pemenuhan kebutuhan pangan mereka.
  • Adaptasi dan pengetahuan lingkungan. Hal ini terlihat dari pola kehidupan semi nomaden dan pemukiman yang berada dekat pantai yang mencerminkan kemampuan manusia purba dalam berpindah tempat untuk mencari sumber daya alam yang berubah-ubah.

Kebudayaan abris sous roche (kehidupan di bawah perlindungan batu)

Gambar Abris Sous Roche

Credit Image

Kebudayaan abris sous roche adalah hasil kebudayaan yang berkembang pada zaman mesolitikum, di mana manusia purba hidup di gua gua pinggir pantai/tebing yang berbentuk ceruk seperti batu karang. 

Kebudayaan ini pertama kali ditemukan dan diteliti oleh Dr. P.V. van Stein Callenfels. Ia melakukan penelitian di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, pada tahun 1928-1931.

Diketahui bahwa abris sous roche berfungsi sebagai tempat perlindungan dari panas, hujan, dan sebagai tempat menyimpan alat-alat dan hasil-hasil kebudayaannya. 

Abris sous roche memiliki beberapa ciri-ciri, seperti lokasinya berada di daerah pantai/tebing yang curam, gua yang ditinggali berbentuk ceruk, ditempati sebagai tempat tinggal sementara dan dihuni oleh manusia purba jenis papua melanosoid.

Anda dapat menjumpai beberapa daerah tempat ditemukannya kebudayaan abris sous roche di Indonesia antara lain di Goa Lawa di Ponorogo, Gua Harimau di Sumatera Selatan, dan Gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan.

Di dalam abris sous roche banyak ditemukan berbagai macam alat-alat yang menunjukkan perkembangan teknologi dan kebudayaan manusia purba. Hasil kebudayaan atau jenis alat yang ditemukan pada kebudayaan abris sous roche tersebut antara lain:

  • Serpih bilah.
  • Alat tulang.
  • Ujung panah.
  • Flakes.
  • Batu penggilingan.
  • Kapak pendek.
  • Peralatan dari tulang dan tanduk rusa.
  • Alat-alat dari perunggu dan besi. 

Berbagai alat tersebut berfungsi sebagai alat untuk berburu, mengumpulkan makanan, mengolah tanah, dan membuat pakaian. 

Selain itu, di beberapa tempat penemuan abris sous roche bahwa ditemukan lukisan-lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan sehari-hari manusia purba.

Perlu Anda tahu bahwa kebudayaan abris sous roche merupakan bukti bahwa manusia purba telah mengalami kemajuan dalam hal teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi. 

Manusia purba telah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. 

Selain itu, kebudayaan ini juga menunjukkan adanya interaksi antara manusia purba dengan kelompok-kelompok lain yang hidup di wilayah yang berbeda.

Sekarang Anda sudah memahami dengan baik mengenai berbagai hasil kebudayaan zaman mesolitikum terutama kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche. Lantas bagaimana dengan perbandingan (persamaan dan perbedaan) dari kedua kebudayaan tersebut?

Perbandingan Kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche

Gambar Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche
Gambar Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche

Credit Image

Persamaan kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche

Persamaan antara kebudayaan kjokkenmoddinger dan abri sous roche dapat Anda lihat dari beberapa aspek, diantaranya:

  • Pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan: Baik kebudayaan kjokkenmoddinger maupun abri sous roche merupakan hasil dari kehidupan manusia purba yang berdasarkan pada pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. 

Diketahui bahwa kedua kebudayaan ini mengandalkan sumber daya alam, seperti makanan laut dan hewan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

  • Menggunakan alat-alat batu: Manusia purba pada dua kebudayaan ini menghasilkan alat-alat batu untuk berbagai kepentingan, seperti berburu, mengolah makanan, dan mempertahankan diri. Selain itu, manusia purba mampu mengembangkan teknik-teknik pembuatan alat batu yang efektif untuk menghasilkan peralatan yang diperlukan.
  • Kemajuan teknologi dan pengolahan: Manusia purba pada kebudayaan kjokkenmoddinger maupun abri sous roche mengungkapkan inovasi dalam cara mengolah bahan mentah menjadi alat-alat yang berguna. 

Selain itu, manusia purba telah mampu menggunakan teknik yang lebih maju, seperti teknik memecah tulang (pada kjokkenmoddinger) dan teknik pembuatan alat batu (pada abri sous roche). Hal ini dilakukan oleh manusia purba untuk menciptakan peralatan yang lebih efisien.

  • Menggunakan sumber daya laut: Baik kebudayaan kjokkenmoddinger maupun abri sous roche menunjukkan bahwa manusia purba saat itu memiliki pemahaman dan keterampilan dalam memanfaatkan sumber daya laut. 

Kebudayaan kjokkenmoddinger menggunakan kerang sebagai sumber makanan utama. Sementara kebudayaan abris sous roche menggunakan tempat perlindungan dekat dengan sumber daya laut. 

  • Ketergantungan pada lingkungan alam: Manusia purba pada kedua kebudayaan ini menunjukkan ketergantungan pada lingkungan alam dan sumber daya yang tersedia. Mereka sangat memahami bahwa kelangsungan hidupnya tergantung pada keberlanjutan dan kearifan dalam memanfaatkan alam.

Perbedaan kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche

Selain memiliki persamaan,perlu Anda tahu bahwa kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche juga memiliki perbedaan yang mencakup beberapa aspek yang membedakan keduanya:

  • Lokasi geografis dan lingkungan: Umumnya, kebudayaan kjokkenmoddinger ditemukan di wilayah pesisir, terutama di daerah Skandinavia (sekitar wilayah Norwegia, Swedia, dan Denmark). 

Pemilihan tempat di wilayah pesisir karena memberikan akses ke sumber daya laut seperti kerang dan ikan.

Sementara, kebudayaan abris sous roche merujuk pada tempat-tempat perlindungan di bawah tebing atau batu besar di daerah pegunungan, seperti di wilayah Prancis dan Eropa Barat. 

Dengan memilih lingkungan ini, maka manusia purba mendapat perlindungan alami dan akses ke sumber daya yang berbeda, seperti hewan liar dan tumbuhan.

  • Sumber daya utama: Diketahui bahwa sumber daya utama dari kebudayaan kjokkenmoddinger adalah kerang dan bahan makanan laut lainnya. Hal ini dilakukan oleh manusia purba sebagai sumber protein bagi tubuhnya. 

Sementara, sumber daya utama kebudayaan abris sous roche adalah hewan-hewan liar yang berada di daerah pegunungan. Hal ini dilakukan oleh manusia purba agar lebih fokus pada berburu hewan dan mengumpulkan sumber daya alam pegunungan.

  • Pola pemukiman dan tempat tinggal: Umumnya kebudayaan kjokkenmoddinger merupakan tumpukan kerang dan sisa-sisa makanan laut di sekitar pemukiman pesisir. Hal ini dapat menandakan bahwa permukiman ini berkelompok di sekitar wilayah pantai.

Sementara, kebudayaan abris sous roche merujuk pada tempat perlindungan alami di bawah tebing atau batu besar di daerah pegunungan. Hal ini menandakan bahwa manusia purba menggunakannya sebagai tempat tinggal sementara atau tempat perlindungan saat cuaca buruk.

  • Penggunaan teknologi dan alat: Kebudayaan kjokkenmoddinger menghasilkan berbagai alat batu yang digunakan untuk membuka kerang dan mengolah sumber daya laut. Sedangkan, teknologi yang mereka gunakan berkaitan dengan memecah kerang. 

Sementara kebudayaan abris sous roche menghasilkan beragam alat batu yang lebih fokus pada kebutuhan berburu dan mengelola hewan liar. Sedangkan, teknologi pembuatan alat batu di abri sous roche dapat lebih beragam dan berkembang.

Dengan memahami perbedaan-perbedaan ini, maka Anda dapat melihat bagaimana manusia kebudayaan zaman mesolitikum beradaptasi dengan lingkungan dan sumber daya yang berbeda, menghasilkan kebudayaan yang unik seperti tempat tinggal dan cara hidupnya.

Kesimpulan

Gambar Kebudayaan Abris Sous Roche

Credit Image

Kjokkenmoddinger merupakan istilah yang merujuk pada tumpukan kerang dan siput yang menghadirkan gambaran hidup manusia purba di sepanjang pantai timur Sumatera. 

Selain itu, Anda dapat melihat bagaimana manusia purba mengandalkan sumber daya laut, memanfaatkan kerang dan siput sebagai makanan, dan peralatan. 

Walau pada saat itu mereka masih menggunakan pola kehidupan semi nomaden, tetapi mereka menunjukkan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan yang berubah-ubah.

Sementara itu, Abris Sous Roche merupakan gua-gua di pinggir pantai yang berbentuk seperti ceruk yang menjadi tempat perlindungan manusia purba. 

Di sinilah juga manusia purba mengembangkan teknologi dan alat-alat batu untuk berburu, mengumpulkan makanan, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Perlu Anda tahu bahwa gua-gua ini bukan hanya tempat tinggal sementara, tetapi juga tempat menyimpan peralatan dan hasil kebudayaannya.

Meskipun kedua kebudayaan ini memiliki persamaan dalam pola kehidupan berburu, mengumpulkan makanan, dan penggunaan alat-alat batu, tetapi dua kebudayaan ini terdapat juga perbedaan yang mencolok. 

Perbedaan kedua kebudayaan tersebut terletak pada lokasi geografis yang berbeda, sumber daya utama yang beragam, dan teknologi pembuatan alat. 

Hal tersebut mampu menggambarkan bagaimana manusia purba memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang sesuai dengan lingkungan yang mereka hadapi.

Terakhir dari kedua kebudayaan ini, maka Anda dapat menyimpulkan dua hal penting. Pertama, manusia purba ketergantungan terhadap sumber daya alam, terutama laut. 

Kedua, adaptasi dan pengetahuan lingkungan manusia purba menjadi kunci kelangsungan hidup mereka, yang tercermin dalam pola kehidupan semi nomaden dan pemilihan tempat perlindungan yang strategis.

Terimakasih telah membaca dan berkunjung