Mengenal Kapak Persegi, Alat Bercocok Tanam pada Masa Praaksara

Cari tahu mengenai kapak persegi sebagai salah satau alat bercocok tanam pada masa praaksara, tepatnya zaman neolitikum.

Alat-alat bercocok tanam merupakan bukti peninggalan manusia purba pada masa praaksara. 

Alat-alat tersebut menandai perubahan dalam kehidupan manusia purba yang mulai mengenal sistem bercocok tanam dan beternak. 

Salah satu contoh alat bercocok tanam yang khas pada masa praaksara yaitu kapak persegi. 

Di dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap mengenai kapak persegi sebagai alat bercocok tanam pada masa praaksara, mulai dari pengertian, ciri-ciri, hingga daerah persebarannya.

Maka dari itu, baca terus artikel ini hingga selesai.

Apa itu Alat Bercocok Tanam pada Masa Praaksara?

Gambar Alat Bercocok Tanam pada Masa Praaksara

Alat bercocok tanam pada masa praaksara adalah alat-alat yang digunakan oleh manusia purba untuk mengolah tanah, menanam, dan memanen tanaman pangan.

Alat-alat tersebut biasanya terbuat dari bahan-bahan alam, seperti batu, kayu, tulang, dan kerang. 

Beberapa contoh alat bercocok tanam pada masa praaksara, yaitu kapak persegi, kapak lonjong, dan gerabah.

Alat bercocok tanam pada masa praaksara ini menunjukkan perkembangan kebudayaan manusia purba yang mulai meninggalkan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan menjadi kehidupan bercocok tanam dan beternak. 

Alat-alat tersebut membantu manusia purba memenuhi kebutuhan hidupnya dengan lebih mudah dan efisien.

Mengenal Kapak Persegi Salah Satu Alat Bercocok Tanam pada Masa Praaksara

Pengertian kapak persegi

Gambar Kapak Persegi Zaman Neolitikum

Kapak persegi adalah alat yang terbuat dari batu kali warna krem atau batu andesit warna hitam yang diupam atau diasah dan berkembang pada zaman praaksara atau tepatnya pada zaman neolitikum. 

Hal itu karena kapak ini memiliki bentuk permukaan yang sudah diasah secara halus dan mata kapaknya juga telah diasah secara tajam pada kedua sisinya tersebut.

Bentuk dari kapak persegi yaitu persegi panjang dengan ujung runcing atau trapesium dengan ujung tumpul. 

Kapak persegi pertama kali ditemukan oleh seorang arkeolog yang berasal dari Austria yaitu Von Heine Geldern pada tahun 1920-an (Merdeka, 2023).

Penamaan kapak ini berdasarkan bentuknya saat pertama kali ditemukan, yaitu berbentuk persegi.

Ciri ciri kapak persegi

Berikut beberapa ciri-ciri kapak persegi pada zaman neolitikum, yaitu:

Mata Kapak dan Gagang Kapak Perunggu

Kapak perunggu memiliki mata kapak yang tajam dan gagang yang pendek. 

Mata kapak yang tajam tersebut berfungsi untuk memotong, menggali, atau membentuk benda-benda lain. 

Sementara, gagang kapak yang pendek berfungsi untuk memegang dan mengayunkan kapak dengan kuat dan cepat.

Bahan Kapak Perunggu

Pembuatan kapak perunggu berasal dari dua jenis batu yang berbeda yaitu batu kali berwarna krem dan batu andesit berwarna hitam.

Perbedaan bahan kapak tersebut diakibatkan tergantungnya ketersediaan batu sebagai bahan kapak di daerah tersebut.

Bentuk Kapak Perunggu

Kapak ini memiliki bentuk persegi panjang atau segi empat. 

Bentuk tersebut memudahkan untuk dilakukannya pemasangan mata kapak pada gagangnya. Mata kapak dipasang dengan cara dimasukkan ke dalam lubang yang ada di gagang kapak, kemudian diikat dengan tali atau rotan.

Asal Kapak Perunggu

Kapak jenis ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat, seperti lahat, palembang, bogot, karawang, tasikmalaya, dan pacitan (Ruangguru, 2022).

Penemuan kapak persegi di wilayah barat Indonesia karena persebaran yang dilakukan oleh Bangsa Proto Melayu yang pertama kali datang ke Indonesia melalui jalur barat.

Jenis kapak persegi

Anda harus tahu bahwa kapak persegi memiliki dua jenis, yaitu kapak persegi berukuran besar dan kapak persegi berukuran kecil (Syahdianto, 2017).

Kapak persegi yang berukuran besar dinamai dengan beliung atau cangkul atau pacul. Pada kapak berukuran besar ini sudah memiliki tangkai.

Sementara, kapak persegi yang berukuran kecil dinamakan dengan trah atau tatah.

Cara membuat kapak persegi

Cara membuat kapak persegi pada zaman neolitikum terbilang cukup mudah (Jurnal Ponsel, 2023).

Batu kali atau batu andesit sebagai bahan dasar pembuatan kapak persegi dipotong-potong terlebih dahulu sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan yaitu persegi.

Selanjutnya, batu yang telah dipotong-potong tersebut akan diasah hingga halus dan ujung batu dibuat menjadi lebih tajam.

Pada awalnya, kapak persegi ini digunakan dengan cara dipegang secara langsung. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kapak tersebut dalam proses pembuatannya ditambahkan dengan gagang atau tongkat yang telah diberikan lubang sebelumnya.

Dimana batu yang telah diasah sebelumnya tersebut akan dimasukkan ke dalam lubang pada ujung tongkat kemudian diikat dengan ikatan siku.

Maka, proses pembuatan kapak persegi pada zaman neolitikum sudah selesai.

Fungsi kapak persegi

Kapak persegi memiliki beberapa fungsi pada zaman batu baru atau neolitikum, diantaranya sebagai berikut.

Sebagai alat bercocok tanam

Manusia purba zaman neolitikum menggunakan kapak persegi sebagai alat untuk bercocok tanam, seperti mencangkul, memotong, atau memahat tanah, kayu, atau batu.

Sebagai alat barter

Selain sebagai alat untuk bercocok tanam, kapak persegi juga menjadi alat tukar yang berharga pada zaman neolitikum. 

Manusia purba yang memiliki kapak persegi dapat menukarnya dengan makanan atau benda lain yang dibutuhkannya.

Sebagai penunjuk status sosial

Status sosial seseorang pada zaman neolitikum dapat ditunjukkan dengan kepemilikan kapak persegi.

Semakin banyak kapak persegi yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi kedudukannya tersebut..

Sebagai jimat atau alat ritual

Terakhir, kapak persegi berfungsi sebagai alat yang dipercaya dapat melindungi pemiliknya dari bahaya atau memberikan keberuntungan. 

Maka dari itu, tidak jarang kapak persegi juga digunakan sebagai alat pelengkap upacara adat atau ritual keagamaan pada zaman neolitikum.

Daerah persebaran kapak persegi

Daerah persebaran kapak persegi di Indonesia sangatlah luas, terutama wilayah bagian barat. Beberapa daerah persebaran kapak persegi di Indonesia yaitu Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Nusa Tenggara, Pulau Kalimantan, dan Pulau Maluku.

Diperkirakan sekitar 2000 tahun SM, Bangsa Proto Melayu tiba di Indonesia melalui jalur barat dan menyebarkan kebudayaan kapak persegi tersebut.

Jalur barat Indonesia tersebut berawal dari Yunan menuju semenanjung melayu, malaka, dan akhirnya sampai di sumatera. Dimana kemudian menyebar ke Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.

Beberapa Alat Bercocok Tanam pada Masa Praaksara Lainnya

Kapak lonjong

Gambar Kapak Lonjong Zaman Neolitikum

Kapak lonjong adalah salah satu alat batu untuk bercocok tanam yang berasal dari zaman Neolitikum.

Bentuk kapak lonjong yaitu bulat telur yang memanjang dengan ujung yang lancip dan tajam. Dimana kapak tersebut terbuat dari batu kali yang telah dihaluskan dan diasah dengan baik. 

Kapak ini terdiri dari dua jenis, yaitu kapak lonjong kecil (kleinbeil) dan kapak lonjong besar (walzenbeil).

Kapak lonjong pertama kali ditemukan oleh T. Harrison di Gua Niah, Sarawak, Malaysia. Sedangkan di Indonesia, kapak lonjong hanya ditemukan di wilayah bagian timur, seperti Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. 

Hal itu menunjukkan bahwa rute persebaran kapak lonjong melalui bagian utara kemudian ke arah timur Indonesia.

Beberapa fungsi kapak lonjong yaitu untuk mencangkul tanah, memahat kayu, mengukir batu, alat berburu, pertahanan diri, dan upacara keagamaan.

Gerabah

Gambar Gerabah pada Zaman Neolitikum

Gerabah adalah alat yang digunakan dalam bercocok tanam pada zaman neolitikum atau zaman batu baru. 

Pada zaman neolitikum, gerabah dibuat dengan teknik sederhana, yaitu dengan menggunakan tangan untuk membentuk tanah liat menjadi wadah berbagai bentuk dan ukuran. 

Biasanya gerabah pada zaman neolitikum berupa tempayan, periuk, belanga, dan kendi. 

Selain itu, gerabah memiliki banyak fungsi pada zaman neolitikum, seperti menyimpan air, menyimpan hasil panen, pelengkap upacara keagamaan, dan bekal kubur.

Beberapa daerah penemuan gerabah di Indonesia yaitu Banyuwangi, Bogor, Tangerang, Minahasa, dan Kalumpang.

Kesimpulan

Gambar Alat pada Masa Bercocok Tanam

Alat bercocok tanam merupakan bukti awal dimulainya perkembangan manusia purba di masa praaksara. 

Alat-alat tersebut menjadi penanda bahwa manusia purba telah mengenal sistem bercocok tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Beberapa contoh utama alat bercocok tanam pada masa praaksara antara lain kapak persegi, kapak lonjong, dan gerabah. 

Alat-alat tersebut umumnya terbuat dari bahan alam seperti batu, tulang, dan tanah liat.

Keberadaan berbagai alat bercocok tanam ini menunjukkan kemajuan peradaban dan keterampilan manusia purba sejak ribuan tahun yang lalu. 

Selain itu, tentunya alat-alat tersebut telah membantu manusia purba untuk bertahan hidup dan berkembang hingga masa kini.

Baca juga artikel kami lainnya yang membahas perhiasan zaman praaksara.

Terimakasih telah membaca dan berkunjung